Sabtu, 04 Oktober 2014

KESULITAN GURU DALAM MELAKSANAKAN KUR 13


Difusi konsep kurikulum 2013 pada tahap awal pelaksananaan sudah selesai. Hampir seluruh pendidik telah terdampak oleh program pelatihan dan bergegas untuk menguasai konsep pembelajaran saintifik dan penilaian autentik. Program pelatihan telah memungkinkan sebaran konsep  kurikulum meluas dengan lebih cepat dan sampai pada tingkat pengetahuan telah terdistribusi kepada guru secara luas.

Namun demikian untuk dapat medorong percepatan mengubah konsep ke dalam aksi yang nyata dalam pembelajaran di dalam kelas, masih memerlukan perbaikan proses dan waktu yang lebih banyak. Diakui oleh para guru mengubah paradigma mengajar dari ceramah ke memfasilitasi siswa beraktivitas dan berkaya memerlukan proses yang lebih lama dari yang diharapkan.

Pada tataran penguasaan konsep para pendidik sudah lebih mumpuni, tantangannya kini bagaimana mengubah penguasaan teori menjadi aksi yang senyatanya. Hasil pengamatan seorang pendidik pada sekolah terkemuka di kota besar terhadap rekan-rekannya, beliau ungkap melalui gurupembaru baru-baru ini, ternyata sekalipun para guru belum siap berubah. Hampir semua guru masih nyaman di zona semula. Menjadi guru yang baik seperti semula. Bekal pengetahuan metode saintifik dan penilaian autentik dari hasil pelatihan belum mengubah kebiasaan mengajarnya. Bahkan rekan kita yang menjadi pengamat pun tak luput dari sindrom guru masa lalu. Semangatnya yang menggelora saat pelatihan, belum efektif mengubah proses pembelajaran seperti yang diharapkan kurikulum 2013.

Penulis, sebagai pengawas, memantau beberapa sekolah dalam satu minggu terakhir.  Hasilnya dapat dideskripsikan sebagai berikut sebagian guru

mengkondisikan suasana belajar agar suasa kelas menyenangkan.
membahas kompetensi yang sudah dipelajari pada pertemuan
menyampaikan kompetensi yang akan  diwujudkan.
menggambarkan manfaat penguasaan kompetensi dalam kehidupan;
menyampaikan garis besar materi, kegiatan, dan karya  yang akan direalisasikan.
menginformasikan sasaran dan teknik penilaian.
menyiapkan media atau alat bahan pengamatan.
Pada kegiatan refleksi diperoleh keterangan dari evaluasi diri dengan cara membubuhkan skor 1 sampai dengan 4 sehingga diperoleh skor maksimal 28. Tak  ada satu pun peserta refleksi menilai diri di atas 23. Semua pendidik menyatakan memenuhi prosedur membahas kompetensi yang sudah dipelajari. Tak ada guru yang menilai diri memenuhi nilai 4 pada komponen 5. Pada komponen lain, para guru menilai dirinya bervariasi antara 3 dan 4.

Dari hasil pemantauan pelaksanaan kurikulum pada salah satu SMA dapat disimpulkan bahwa belum semua guru memenuhi prosedur standar pelaksanaan pendahuluan pembelajaran sehingga sebagian besar menyatakan memenuhi kriteria.  Para guru menilai dirinya sendiri telah memulai  kegiatan sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013, namun belum memenuhi semua kriteria yang diharapkan.

Pemantauan terhadap proses pembelajaran telah dilakukan dengan menjaring data kuantitatif dengan menggunakan indikator siswa;

Mengamati bahan tayang, materi peragaan, atau obyek belajar di lingkungan sekolah.
Menghimpun atau mencatat data hasil pengamatan.
Mengembangkan pertanyaan untuk mencari tahu materi yang dipelajarinya.
Mencoba menghimpun informasi (mengeksplorasi) informasi dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang hendak diselesaikan.
Menalar dengan cara mengolah fakta atau informasi secara kolaboratif_interaktik untuk mendapatkan kesimpulan.
Menggunakan fakta, informasi, prosedur yang dipelajarinya untuk berkarya
Mengkomunikasikan karya untuk membangun daya berpikir kritis dan interaktif.
Setiap indikator yang dipantau diberi skor pada skala 4 dengan skor maksimal 28. Pada indikator satu diperoleh informasi bahwa belum semua guru yang terpantau menggunakan bahan pengamatan siswa. Buku teks masih menjadi pilihan sebagian guru sebagai bahan telaah dalam tahap awal kegiatan inti. Oleh karena itu, tidak semua proses pembelajaran diisi dengan proses untuk menghimpun data dari proses pengamatan. Secara factual hamper semua guru belum memanfaatkan lingkungan sebagai objek pengamatan.

Secara faktual guru mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan siswa bertanya. Pada saat pemantauan  berlangsung pada beberapa kelas yang sedang belajar tidak terpantau siswa yang bertanya atau aktif-interaktif. Kegiatan eksplorasi informasi cenderung karena pengarahan guru dan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas. Hal yang menarik cukup banyak guru yang mengahiri pembelajaran dengan memberikan peluang kepada siswa menyajikan hasil karyanya. Pelajaran diakhiri dengan proses guru memberikan tugas kepada siswa.

Pola kegiatan pemberian tugas mendominasi pembelajaran. Pekerjaan rumah banyak diberikan guru dengan kurang mengindahkan perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Menurut pandangan orang tua murid tugas yang dibebankan kepada siswa melebihi kapasitas beban belajar yang wajar. Hal tersebut banyak dikeluhkan orang tua murid kepada pihak sekolah.

Pada proses  perubahan yang sedang berlasung seperti pada kasus di atas diakui banyak kepala sekolah dan pengawas bahwa kedua pihak belum dapat memberikan penguatan yang berarti dalam membantu guru memperbaiki kegiatan profesionalnya dalam kelas. Supervisi akademik yang semestinya dapat membantu para guru memperbaiki proses pembelajaran belum terlaksana sebagaimana yang seharusnya dalam pelaksanaan kurikulum 2013.

Solusi atas kesulitan para guru, sudah sewajarnya kepala sekolah atau pengawas dapat membantu mereka. Agar informasi yang mendasari tindakan perbaikan proses tepat masalah, maka ada baiknya instrumen pemantauan kegiatan pembelajaran digunakan dengan cermat. Data yang terhimpun dapt membantu melaksanakan perbaikan peroses melalui kegiatan pendampingan. Berikut model instrumen yang sederhana yang dapat digunakan  di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar