Senin, 23 April 2012

MENGASAH KETRAMPILAN BERFIKIR KREATIF


Terampilan berpikir kreatif  merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting dalam membangun pilar belajar yang bernilai untuk membangun daya kompetisi bangsa dalam meningkatkan mutu produk pendidikan. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kecakapan mengolah pikiran untuk menghasilkan ide-ide baru agar produk bangsa kita tidak kalah oleh produk bangsa lain.
Kecakapan berpikir kreatif adalah kecakapan berpikir kritis.  Dalam web Komunitas Berpikir Kritis  dijelaskan bahwa berpikir kritis merupakan  aktivitas yang berdisiplin dalam  mengembangkan konsep,  menganalisis, mensintesis, dan_ atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari pengalaman mengobservasi, merefleksi, mengembangkan penalaran melalui komunikasi yang digunakan sebagai landasan mengembangkan keyakinan dan tindakan.
Terdapat perbedaan makna kecakapan berpikir kreatif dengan berpikir kritis. Pengembangan berpikir kreatif lebih menegaskan pada menghasilkan proses yang menghasilkan ide-ide baru. Sedangkan berpikir kritis lebih menekankan pada disiplin mengembangkan konsep,  menganalisis, mensintesis, dan_atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan sehingga memdapatkan kesimpulan yang tepat.
Keterampilan berpikir kreatif menurut Jurnal Harvard yang dikutip oleh Yodia Antariksa  memiliki empat pilar, yaitu
1 : Associating. ketrampilan mengkoneksikan sejumlah perspektif dari beragam disiplin yang berbeda sehingga membentuk  gagasan yang kreatif.  Asosiasi menggunakan kemampuan dan  kekayaan wawasan dan mengaplikasikannya dalam bidang tertentu  sehingga menghasilkan temuan baru yang inovatif.
2 : Questioning. Mengenai kecerdasan bertanya, Plato menyatakan  “Kecerdasan seseorang tidak diukur dari seberapa bagus ia memberikan jawaban, namun dari ketrampilannya meracik sebuah pertanyaan”. Di Inggris dikembangkan kriteria standar keterampilan bertanya yang sejak dulu Indonesia menggunakan dalam slogan, SIABIDIMAB (siapa, apa, bilamana, di mana, mengapa dan bagaimana)
Siswa yang kreatif adalah siswa yang selalu bertanya. Mereka mendedahkan serangkaian pertanyaan yang mereka rumuskan sehingga mendapatkan aneka gagasan baru. Di balik pertanyaan  terbentang luas hamparan gagasan kreatif yang menunggu untuk diekspresikan.
3: Observing. Kemampuan  melakukan observasi telah melahirkan banyak ide. Mengapa diadakan perjalan bisnis, study tour, studi bandin? Jawabannya, perjalanan selalu membawa berkah tumbuhya ide baru. Kemahiran siswa melakukan observasi dan ketajaman mencium peluang mengembangkan inovasi dibaliknya, merupakan energi siswa berkreasi. Salahnya banyak sekolah mengganti observasi lingkungan dengan cerita sehingga bangun imajinasi kreatif ditumpulkan guru-guru dalam kelas.
4 : Experimenting. Kita mengenal kisah indah dari Thomas Alva Edison yang  melakukan eksperimen sebanyak dua ribu kali sebelum akhirnya menemukan bohlam lampu yang sekarang membuat jutaan orang tidak tidur semalam suntuk, yang membuat pesawat terbang bebas terbang kapan saja, yang membuat pabrik beropresi siang malam sehingga menghabiskan sumber daya alam dengan cepat, yang membuat orang belajar di malam gelap.
Siswa yang kreatif yang tidak takut salah dan mencoba berulang-ulang sampai targetnya tercapai. Mereka juga tak pernah takluk ketika eksperimen gagasan barunya itu kandas. Mereka selalu terus mencoba dan mencoba, sehingga gagasannya berubah menjadi kenyataan.
Guru yang mampu mengembangkan kecakapan berpikir kritis adalah yang dapat menfasilitasi berkembangnya kecakapan siswa menyempurnakan, memperbaharui,  memperbaiki, membuat sesuatu lebih artistik, menngekspresikan imajinasinya sehingga memainkan segala sesuatu dalam pikirannya agar  lebih indah, lebih mudah, lebih praktis, lebih cepat, lebih kuat, lebih aman daripapada  sebelumnya.
Untuk mengembangkan sistem pembelajaran seperti yang diharapkan guru memang memiliki keterbatasan dalam  mengembangkan model pengaturan kelas, interaksi dalam kelas, skenario pembelajaran yang dirancang, materi yang disajikan, strategi pembelajaran yang harus dikemas dalam RPP, hingga harus mengejar target lulus Ujian Nasional.
Bagaimana guru mengembangkan pembelajaran yang memicu siswa berpikir kreatif?
Tugas utama guru dalam mengelola pembelajaran untuk mengasah keterampilan siswa berpikir kreatif mencakup peningkatan keterampilan guru dalam  merancang skenario mengelola kelas, merancang perencanaan  pembelajaran melalui perumusan RPP, menerapkan rencana pembelajaran dalam kegiatan belajar siswa, menilai proses dan hasil belajar, dan mengevaluasi pembelajaran.
Meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas menggambarkan tetang proses untuk memastikan bahwa pembelajaran dalam kelas dapat berjalan lancar tanpa terganggu dengan perilaku prilaku siswa yang mengganggu (Wikipedia).
Dr Robert DiGiulio (Wikipedia) melihat manajemen kelas yang positif merupakan hasil dari terkelolanya empat faktor: bagaimana guru mempersepsikan  siswa mereka dilihat dari dimensi spiritual, bagaimana mereka mengatur lingkungan kelas dilihat dari dimensi fisik, seberapa baik mereka mengelola perilaku siswa  dilihat dari dimensi manajerial dan bagaimana mengajarkan  terampil penguasaan materi atau dilihat dari dimensi pembelajaran.
Pelayanan belajar yang adil kepada seluruh siswa dengan dilakukan secara ihlas merupkan kunci keberhasilan utama. Jika didasari dengan keihlasan, maka guru akan memperlakukan seluruh siswa secara adil. Yang memerlukan pelayanan lebih akan diberi lebih, yang memerlukan pelayanan cepat akan diberi layanan cepat. Kapasitas layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa belajar.
Pengaturan cara siswa duduk agar mereka dapat berkomunikasi, berinteraksi, dan berkolaborasi menjadi pertimbangan penting. Hal yang lebih penting lagi adalah memfasilitasi siswa mengekspresikan pikiran, bertanya, mengomentari, bebas dari rasa takut bersalah, adalah hal penting yang guru perlu kembangkan melalui penciptaan suasana kelas yang kondusif.
Pengaturan siswa belajar sangat dianjurkan tidak selalu menggunakan interaksi dalam kelas. Guru dapat mengatur siswa melakukan observasi lapangan untuk mengamati gejala alam atau gejala sosial di sekitar lingkungan sekolah. Pilar pengembangan keterampilan melakukan kegiatan observasi merupakan bagian penting dalam mengembangkan keterampilan berpikri kreatif.
Mulailah dengan merumuskan masalah, menentukan gejala yang akan dioberservasi, menghimpun data dalam bentuk catatan, foto, bukti  kegiatan dan siswa dapat kembali ke kelas untuk berdiskusi serta menyusun dan mengolah data serta menyusun kesimpulan.
Karya siswa yang telah siswa hasilkan melalui pengalaman belajar dipresentasikan dalaam kelompok. Hasil terbaik dipresentasikan kelompok dalam kelas. Peserta diskusi wajib mengajukan pertanyaan, jawaban, komentar, persetujuan, belajar berbeda pendapat, berbicara santun dan rendah hati.  Selanjutnya siswa mendapatkan tes yang harus dikerjakan secara individual. Begitulah contoh model pembelajaran yang bergerak dinamis.
Kebaikan lain yang perlu guru kembangkan adalah merancang dan mengelola prilaku siswa dalam kelas atau di luar kelas. Yang paling penting di sini adalah bagaimana proses belajar dengan menggunakan cara yang baru berjalan dan bagaimana hasil belajar yang lebih baik terwujud. Siswa dapat menunjukkan hasil belajarnya. Bisa dengan bantuan teknologi atau tanpa teknologi.
Pengembangan keterampilan berpikir kreatif merupakan level berpikir kelas tinggi. Hal ini harus tercermin dalam indikator hasil belajar yang guru kembangkan dalam RPP. Jika analisis menggunakan ranah kognitif Bloom, maka berikut contoh kata kerja yang dapat guru pilih dalam bentuk:


MODEL PENGELOMPOKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PRODUK DALAM BERPIKIR LEVEL TINGGI SEBAGAI BAHAN PERBAIKAN INDIKATOR PADA SILABUS DAN RPP
Level Berpikir
Aktivitas Belajar
Produk Belajar
Berkreasi:
Menyusun ide,
menambah unsur-unsur untuk mengembangkan
ide
, atau terlibat dalam kegiatan berpikir untuk menghasilkan ide baru.

Mengembangkan rancangan …
Membangun konstruksi….
Mendisain program….
Menyusun rencana….
Menemukan……
Menghasilkan karya …
Membuat…..
Menyusun skenario…


Filem
Cerita
Rancangan Proyek
Kegiatan
Notula Rapat Rencana…
Proposal Kegiatan
Permainan
Game
Lagu
Lukisan
Tari kreasi
Animasi
Iklan
Presentasi karya ilmiah
Mengevaluasi:
Menilai  mutu gagasan, materi, metode dengan menerapkan standar atau kriteria


Mengecek….
Menyusun hipotesis…
Mengkritik…
Melakukan uji coba…
Memutuskan…
Menentukan yang terbaik…
Mendeteksi kelemahan…
Menggambarkan keunggulan…
Momonitor….
Memilih yang terbaik….

Debat
Diskusi panel
Laporan
Hasil Penilaian….
Hasil Pengukuran.
Hasil Evaluasi….
Hasil Prediksi…
Kesimpulan
Uraian…
Saran persuasive…
Argumentasi…..


Menganalisis
Mengurai informasi ke dalam komponen


Membandingkan
Menglompokan
Membedakan
Menyusun
Menguraikan
Menambah atribut
Menyusun outline
Menggambarkan hubungan antar unsure
Mengintegrasikan


Pelaksanaan survey
Database
Abstrak
Dokumen
Kerangka
Outline
Menerapkan
Melaksanakan strategi, konsep, prinsi, teori dalam situasi baru.
Impelmentasi….
Menggunakan
Memutuskan penggunaan
Memilih jalan ke luar…
Memilih pemecahan masalah
Ilustrasi
Simulasi
Demonstrasi
Presentasi
Interview
Kinerja
Catatan harian
Jurnal

(Oleh : Dr. Rahmat )

PK GURU : APAKAH SUDAH MENILAI APA YANG SEHARUSNYA DINILAI ?


Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.  Konsekuensi dari pengaturan ini guru wajib  menunaikan tujuh tugas utama. Jika salah satu tugas tidak terpenuhi berarti guru tidak memenuhi tugas utamanya.
Pengaturan lanjutan seperti yang dituangkan dalam Pemendiknas 35 tahun 2010 yang mengatur peniaian angka kredit guru mereduksi tugas utama itu dalam tugas mengajar dan membimbing. Tugas mengajar dibebankan kepada guru mata pelajaran dan guru kelas, sementara tugas membimbing menjadi tanggung jawab guru bimbingan konseling.
Dalam melaksanakan tugasnya guru guru wajib merencanakan, melaksanakan, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk menngkatkan kompetensinya dalam menjalankan fungsi manajerial pembelajaran dan pembimbingan guru wajib pula meningkatkan kompetensinya agar memiliki kapasitas dan kapabelitas yang memenuhi kebutuhan meningkatkan kapasitas dan kapabelitas siswa sehingga memenuhi standar kompetensi lulusan.
Analisis lebih lanjut dapat dilakukan melalui pendekatan enam dimensi gugus tugas guru profesional yang mencakup lintas dimensi seperti di bawah ini.
Dimensi pertama dapat menunjukkan  kapasitasnya dalam menguasai ilmu pengetahuan  yang meliputi indikator di bawah ini.
  1. Menguasai materi pelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
  2. Menguasai teori, prinsip dan prosedur mentransfer ilmu pengetahuan yang dikuasainya kepada peserta didik atau mengajar.
  3. Menggunakan pengetahuan tentang kapasitas akademis, tingkat sosial ekonomi, bakat dan minat siswa serta menggunakan pengetahuan tersebut untuk kepentingan pembelajaran.
  4. Menguasi pengetahuan  tentang cara mengintegrasikan tugas medidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,  melatih, menilai dan mengevaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran dan proses pendidikan di sekolah.
  5. Menguasai pengatahuan tentang cara mendisain persiapan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran menilai hasil belajar.
  6. Menggunakan  keterampilan mengendalikan proses pembelajaran sesuai dengan rencana.
  7. Menganalisis insturmen dan hasil penilaian sebagai dasar pebaikan insturmen, melaksanakan remedial dan pengayaan.
  8. Menguasai pengetahuan melalui pengembangan daya baca tulis dan mengarahkan pembelajar yang efektif sehingga siswa menguasai materi pelajaran, menerapkan ilmu pengetahuan untuk berkarya, memecahkan masalah
  9. Menguasai pengetahuan dalam mengembangkan kecakapan  berpikir kritis, kreatif, inovatif, logis dan imajinatif melalui kegiatan belajar mandiri, kolaboratif, dan interaktif.
  10. Menguasai cara mengembangkan kapasitas  potensi, daya kolaborasi,  daya kreasi, dan  prestasi diri siswa yang berkontribusi terhadap perwujudan keunggulan.
Dimensi kedua,  menunjang pengembangan kapasitas pengetahuan yang diperlukan sebagai guru dan memperbaiki keterampilan dalam menunaikan tugas sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan evaluator, maka guru wajib  menuaikan tugas belajar dan berlatih. Dalam hal ini guru dapat melakukan tugas berikut:
  1. Belajar mandiri baik secara individual maupun dalam kolaborasi tim.
  2. Melaksanakan tugas belajar seperti mengikuti pelatihan, temu kerja, dan mengikuti pendidikan lanjutan diri  melalui  membaca, riset, dan kerja sama serta mampu mengekspresikan pikiran dalam bentuk lisan, tulisan atau karya inovatif.
  3. Mengembangkan kerja sama melalui perluasan jejaring profesional dan sosial.
  4. Menggunakan ilmu  pengetahuan dalam kegiatan penelitian dan mengembangkan karya inovatif untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaan.
 Dimensi ketiga, guru mengembangkan diri melalui proses belajar berkelanjutan yang meliputi indikator berikut:
  1. Belajar secara  mandiri baik secara individual maupun dalam kolaborasi tim.
  2. Melaksanakan tugas belajar seperti mengikuti pelatihan, temu kerja, dan mengikuti pendidikan lanjutan
  3. Mengembangkan kerja sama melalui perluasan jejaring profesional dan sosial.
  4. Melaksanakan penelitian atau mengembangkan karya inovatif.
Dimensi keempat guru mampu menunaikan tugas dalam mengimplementasikan  manajemen pembelajaran kinerja yang diukur dengan berbagai  indikator berikut:
  1. Menggunakan kalender pendidikan, peraturan akademik dan prinsip-prinsip penyusuanan KTSP
  2. Merencanakan pembelajaran  yang penunaikan tugasnya berwujud silabus dan RPP yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan siswa pda tingkat satuan pendidikan.
  3. Mengembangkan instrumen penilaian yang mengukur ketercapaian target mutu pada tiap indikator hasil belajar yang memenuhi standar kompetensi lulusan.
  4. Melaksanakan pembelajaran  sesuai dengan skenario yang dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
  5. Melaksanakan penilaian yang ditindaklanjuti dengan melakukan analisis butir soal, menilai kinerja belajar siswa dalam tujuan pembelajaran, melaksanakan kegiatan remedial dan pengayaan, selanjutnya melaksanakan evaluasi dan tindaklanjut perbaikan
Dimensi kelima guru menunaikan tugas birokratis yang dapat direkam dalam bentuk portofolio yang  dapat dilihat dalam berbagai indikator pemenuhan tugas sebagai berikut:
  1. Memenuhi tugas 37,5 jam per minggu atau memenuhi tugas 24 jam.
  2. Hadir sesuai jadwal,  tepat waktu, menggunakan waktu efektif, dan mengahiri tugas tepat waktu.
  3. Menghasilkan karya ilmiah atau karya inovatif
  4. Memiliki stabilitas emosi  dalam berinteraksi di kelas maupun di luar kelas.
  5. Disiplin menggunakan bahasa yang komunitkatif dan santun.
  6. Berpakaian rapih untuk  menunjang penampilan sebagai pendidik  yang menjadi  teladan.
  7. Mengikuti kegiatan resmi, upacara bendera, memenuhi perintah terpat waktu.
  8. Melaksanakan kerja sama peningkatan mutu diri melalui kegiatan organisasi profesi
  9. Partisipatif dalam memecahkan masalah sekolah maupun masyarakat.
  10. Memenuhi standar prestasi kerja.
Dimensi Keenam, yaitu akuntabilitas guru dalam menunaikan tugas mengajar dan membimbing siswa agar memenuhi standar kompetensi lulusan.  Produktivitas guru perlu dilihat dari pengaruh penunaian tugasnya terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dangan;
  1. Kesuaian nilai yang siswa peroleh dengan kriteria ketuntasan minial (KKM) dan target nilai UN tingkat satuan pendidikan.
  2. Menunjukkan kecakapan berpikir kritis, kreatif, logis, dan imajinatif yang dibuktikan dengan produk belajar siswa atau bukti penilaian otentik yang terlihat pada RPP, hasil karya siswa, dan instrumen penilaian yang guru gunakan.
  3. Kesesuaian target pembinaan dengan realitas yang dicapai dalam prestasi seperti proposal kegiatan, produk kompetisi, penghargaan, atau karya inovatif lain yang siswa pamerkan.
  4. Kesuaian pencapaian  hasil belajar dalam pengembangan karakter dengan target pada tingkat satuan pendikan yang ditunjukkan dengan tingkat ketidakhadiran, tingkat penyimpangan prilaku, dan pembiasaan hidup seperti dalam cara memelihara kebersihan, ketertiban siswa masuk kelas dsb.
  5. Kesesuaian target pengembangan keterampilan dengan realitas yang dicapai melalui proses pembelajaran yang dilihat dari karya inovatif siswa yang menunjang meningkatnya keunggulan sekolah.
Berdasarkan uraian mengenai berbagai kegiatan yang wajib guru tunaikan maka nilai kinerja guru seharusnya dilihat dengan lima dimensi penilaian sebagai berikut:
  1. Fortofolio guru yang dihimpun sekurang-kurangnya dalam dua tahun terakhir, yang meliputi pemenuhan tugas 24 jam atau 37’5 jam per minggu, kedisiplinan, dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas.
  2. Hasil uji kompetensi yang mengukur penguasaan pengetahuan yang mendasari pelaksanaan tugas guru.
  3. Hasil penilaian kinerja bidang manajemen pembelajaran dan penunaian tugas utama dalam bentuk angka kredit.
  4. Rekaman kinerja dalam pelaksanaan PKB dan pengembangan profesi.
  5. Produktivitas kinerja belajar siswa yang menjadi tanggung jawabnya.
Apabila pada saat  ini terdapat pemikiran angka kredit  dijadikan satu-satunya bahan pertimbangan untuk memberikan sanksi bagi guru dalam jabatan fungsional  dengan angka kredit yang diperolehnya, maka akan berdampak pada kinerja guru ke depan yang hanya fokus kepada peroleh angka kredit. Angka kredit sebenarnya hanya merupakan salah satu dimensi prestasi guru yang tidak menilai keseluruhan kebaikan yang guru miliki.
Jika portofolio guru tidak dipertibangkan seperti disiplin guru dalam bentuk kehadiran, keteladanan,  prestasi sebagai pengarah dan pelatih, dan kedisiplinan lainnya sebagai tenaga pendidik tidak menjadi bahan pertimbangan maka orientasi penunaian tugas guru  hanya akan fokus pada  pelaksanaan tugas yang berdampak terhadap angka kredit, sementara pemenuhan tugas lain guru jadikan prioritas berikutnya..
Berarti ke depan guru yang berkinerja rendah (BKR) perlu ada sanksinya.

Jumat, 13 April 2012

MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL TAHUN 2045

Belajar Mengajar
      

        Salah satu tugas kita yang bekerja di Lingkungan Pendidikan antara lain adalah " Menyiapkan Generasi Unggul untuk kehidupan Mendatang ".  Apa itu Generasi Unggul ? Generasi Unggul adalah generasi atau sekolompok orang yang memiliki kelebihan kemampuan ( pengetahuan, sikap , ketrampilan ) lebih dibanding orang  lain. Ciri -ciri Generasi Unggul antara lain adalah :
      1. Mampu memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan. Sampai sekarang masalah-masalah atau persoalan dalam kehidupan ini banyak sekali yang bvelum mampu diselesaikan. Misalnya mengatasi banjir di Jakarta, mengatasi kemacetan kendaraan di Jakarta, masalah BBM, dll
     2. Mampu  Memenangkan Persaingan
     3. Mampu  Menguasai  ICT dan sekaligus mengendalikan Informasi

Berangkat dari pertanyaan mendasar itulah, tulisan ini mencoba memberikan jawaban. Konteksnya tentu masih dalam memperingati Hardiknas, yang dalam temanya terkandung makna, menyiapkan generasi dalam menyongsong satu abad kemerdekaan Indonesia, generasi 2045. Tema Hari Pendidikan Nasional 2011 ini adalah Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa dengan subtema Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti. Tema dan subtema ini erat kaitannya dengan sebuah proses panjang menyiapkan generasi mendatang, karena memang pendidikan karakter, prestasi, dan budi pekerti, diakui sebagai upaya proses panjang yang tidak bisa dilakukan seperti ”membalik telapak tangan”.

Semua telah memahami, dalam dunia pendidikan, manusia sebagai pemeran utamanya, baik sebagai subjek sekaligus objek. Keilmuan sebagai medianya, memanusiakan manusia sebagai salah satu tujuannya, dan kemampuan untuk menjawab berbagai persoalan yang sifatnya kekinian maupun antisipasi masa depan (kenantian) sebagai keniscayaannya. Itulah sebabnya mengapa dunia pendidikan itu kompleks, menantang, namun sangat mulia. Kompleksitas dan tantangan terus berkembang, seiring dengan perjalanan zaman. Karena itu, kita semua harus secara bersama-sama terus-menerus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk menanganinya, demi kemuliaan diri, bangsa, negara, dan umat manusia.

Selain itu, kita juga memahami dan menyadari tentang tantangan global dan internal yang sedang dihadapi, yang mengharuskan kita semua untuk lebih memperkuat jati diri, identitas, dan karakter sebagai bangsa Indonesia. Bangsa yang dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya alam yang sangat kaya, sumber daya manusia berupa bonus demografi (2010-2040) yang luar biasa besar, dan perjalanan panjang sebagai bangsa yang tangguh dan penuh optimisme. Demikian juga kesempatan yang sangat terbuka untuk menjadi bangsa dan negara yang besar, maju, demokratis, dan sejahtera. Jadi sekarang ini, ada potensi dan ada kesempatan. Untuk itu, momentum yang sangat mahal ini harus kita manfaatkan dengan baik dengan menyiapkan generasi menuju 2045, yaitu pada saat 100 tahun Indonesia merdeka.

Yang Harus Disiapkan

Dari sekian banyak yang harus disiapkan, penyiapan sumber daya manusia yang berkarakter dan berkualitas adalah syarat mutlaknya, serta pendidikan karakter sebagai salah satu kuncinya. Ada tiga kelompok pendidikan karakter, yaitu: (i) pendidikan karakter yang menumbuhkan kesadaran sebagai makhluk dan hamba Tuhan Yang Maha Esa, (ii) pendidikan karakter yang terkait dengan keilmuan, dan (iii) pendidikan karakter yang menumbuhkan rasa cinta dan bangga menjadi orang Indonesia.

Kesadaran sebagai makhluk dan hamba Tuhan Yang Maha Esa akan menumbuhkan nilai transendensi dan nilai keagamaan yang kuat, yang pada gilirannya tumbuh sifat kasih sayang dan toleran saling menghargai dan menghormati (karena merasa sesama makhluk) dan menjauhkan diri dari perilaku destruktif dan anarkistis. Kesadaran sebagai makhluk-hamba juga akan menumbuhkan sifat jujur, karena merasa ‘malu’ kepada Tuhan. Alangkah indahnya, sesama makhluk dan hamba termasuk lingkungan alam semesta tumbuh rasa kasih sayang secara tulus dan jujur. Tidakkah kita ini memiliki misi utama untuk memberikan ‘kerahmatan’ bagi alam semesta.

Metodologi dan materi pembelajaran yang merangsang tumbuhnya kepenasaranan intelektual haruslah lebih ditonjolkan untuk membangun pola pikir, tradisi dan budaya keilmuan, menumbuhkan kreativitas dan sekaligus daya inovasi. Di sini peran guru lebih dominan dibanding kecukupan sarana dan prasarana. Budaya keilmuan merupakan modal penting dan menjadi semakin rasional dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dan tantangan. Dengan kreativitas dan daya inovasi, semakin cerdas dalam mengelola sumber daya yang kita miliki, semakin tinggi nilai tambah yang bisa diberikan. Pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan lebih signifikan. Inilah pendidikan karakter yang terkait dengan keilmuan.

Kelompok karakter ketiga yang harus dibangun adalah menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Kecintaan karena sadar bahwa bangsa dan negara dengan empat pilarnya yaitu: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah milik kita, hasil dari perjuangan yang luar biasa. Penumbuhan kebanggaan itu dilakukan melalui kegemaran kita untuk berprestasi. Prestasi positif kita kontribusikan dan dedikasikan demi kemajuan bangsa dan negara. Inilah yang bisa menumbuhkan kebanggaan sejati. Tanpa prestasi dikhawatirkan kita bisa terjebak dalam kebanggaan semu, kebanggaan tanpa makna.

Itulah alasan mengapa tema Hardiknas 2011 ini adalah Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa dengan subtema Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti. Membangun ketiga kelompok karakter tersebut tidak cukup hanya pembelajaran di kelas, tapi juga harus secara simultan melalui membangun kultur sekolah (school culture), keluarga, dan masyarakat. Ini harus diajarkan mulai dari pendidikan anak usia dini, perguruan tinggi, sampai belajar sepanjang hayat (life long learning).

Pendidikan PAUD

Banyak agenda yang harus disiapkan dalam menyiapkan generasi 2045, antara lain pendidikan anak usia dini (PAUD). Pada usia inilah masa emas dari generasi kita. Mereka inilah 30-an tahun ke depan yang akan menjadi pemegang kunci kemajuan bangsa. Karena itu, tidak ada pilihan lain kalau kita ingin menyiapkan generasi 2045, harus kita mulai dari sekarang yaitu dengan memberikan perhatian khusus pada PAUD, dengan tetap memberikan perhatian pada jenjang pendidikan yang lain. Kementerian Pendidikan Nasional,mulai 2011 menjadikan PAUD sebagai gerakan nasional.

Alhamdulillah, kesadaran dan antusiasme masyarakat terhadap PAUD sangat tinggi. Kita yakin, angka partisipasi kasar PAUD, yaitu 57% pada 2010 dapat ditingkatkan secara signifikan menjadi 70%. Pada PAUD inilah paling tidak kita mulai tanamkan tiga kelompok pendidikan karakter tersebut, yaitu karakter sebagai hamba Tuhan, karakter keilmuan, dan karakter cinta terhadap bangsa dan negara. Harus diakui, pada dasarnya pendidikan merupakan sebuah proses panjang, berkelanjutan, dan memerlukan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan.

Karena itu, konsistensi kebijakan dan kebersamaan diperlukan. Inilah ‘hadiah’’ yang kita siapkan dan persembahkan dalam menyambut generasi 2045, generasi 100 tahun Indonesia merdeka. Insya Allah.

Senin, 09 April 2012

Selamat Datang di Website Pengawas Sekolah Kabupaten Lamongan


Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Subhana Wa Ta’ala atas segala rahmat, taufik dan hidayatNya, sehingga website / Blogger Pengawas Sekolah Kabupaten Lamongan ini dapat di buka pada tahun 2011 ini.

Diharapkan dengan terbitnya website ini akan menjadi sumber yang terpercaya perihal informasi, panduang, acuan tugas berkaitan dengan seluk beluk Pendidikan yang ada di Lamongan dan di seluruh Indonesia.
Website ini masih jauh dari baik dan sempurna oleh karena itu tegur sapa serta usulan perbaikan akan diterima dengan senang hati.

Didalam website ini ditampilkan informasi tentang pedoman, acuan, pengelolaan sekolah , untuk Kepala Sekolah , Guru, Tenaga Kependidikan  serta program pendidikan di Lamongan dan berita-berita lainnya, agar kita yang berkecimpung dalam dunia pendidikan ini dapat mudah mendapatkan informasi yang akurat dan dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan tugas sehari-hari di sekolah.
Harapan saya semoga website ini dapat mendukung untuk mencapai harapan mutu pendidikan yang lebih baik khususnya di Kabupaten Lamongan dan umumnya di seluruh Wilayah Republik Indonesia. Amin



Wassalamu’alaikum warahmatullahibarakatuh.






Lamongan, Juli 2011

Drs.H.Kasrip B.,MM